Nyatanya kata tersebut sulit sekali untuk diterapkan ketika otak dan hati dalam keadaan tidak selaras dan harmoni.
Sudah lebih dari 2 minggu ini mood saya naik turun tidak karuan. Sebenarnya sih sudah seperti ini ketika suami kembali ke USA. Tidak mudah rasanya harua berpisah kembali setelah sebelumnya mudah untuk menjalani hidup. Ahh mungkin rasa egois yang sedang menang pikirku tp rasanya bukan itu saja, kalau dibilang egois saya bisa dengan mudahnya meminta ia melepaskan pekerjaannya dan tinggal bersama saya disini. Yahh namun lagi dan lagi itu bukan pribadi saya.
Puncaknya ketika laptop (benda penghibur hati yg sepi #cieee) rusak. Ahh rasanya ingin marah karena pilihan yang ada adalah harus servis atau membeli yang baru. Lagi-lagi menurut saya option kedua merupakan tindakan yang kurang sreg dihati kalau nantinya harus minta uang untuk membeli yang baru, bukan karena suami tidak akan memberikan apa yang saya minta tapi lebih dari itu saya tahu percis sulitnya bekerja dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk ditabung.
Menjadi kesal yang sangat sangat menyebalkan ketika saya mulai memiliki hobi baru, mulai belajar dari seseorang tentang photography, laptop yang menjadi andalanpun tidak berfungsi sama sekali. Rasanya seperti mengutuk diri sendiri dengan segala keterbatasan yang ada tapi selalu setelah rasa jengkel berputar-putar di dalam hati dan kepala saya pun seperti di sentil sama Tuhan karena banyak disekitar saya yang sangat jauhhhh lebih tidak beruntung dari saya.
Ahh namanya juga hidup seperti yang kutipan tv series yang saya ikutin sekarang ini bilang "sometimes hurt is part of package" hurt disini diposisikan sebagai rasa ketidak sabaran saya akan hal-hal yang ingin sekali saya FIX. Tapi lagi dan lagi I should grateful with what I have now...
Lia
yuk ah sama2 belajar sabar biar jd spt yg Tuhan mau :)
ReplyDeleteYess, pelan tp pasti. Krn bener2 simple to say and Hard to do :)
ReplyDelete